ada tugas mata kuliah Entomologi nih dari dosen aku, bu Purwati..
wah namanya mirip namaku ya? ya.. semoga pintar dan hokkynya juga mirip ya, amin..
sebenernya tugas itu untuk hari jumat, tp berhubung hari jumat aku bakal absen lg, padahal dari awal semester aku baru masuk kelas entomologi 1 kali. jadi.. aku kerjaan tugas ini sebelum deadline.
tapi aku juga mau share tugas ini, karena cukup menarik untuk dibagi dan menambah ilmu pengetahuan pembaca. tugas ini tentang Odonata yaitu capung-capungan, dan lebih khususnya lagi tugas ini mengenai bagaimana perilaku Odonata saat bereproduksi, karena sangat unik.
1. Pengertian Ordo Odonata (Capung)
Serangga merupakan suatu misteri
penciptaan yang luar biasa. Serangga mempunyai jumlah terbesar dari seluruh
spesies yang ada di bumi ini, mempunyai berbagai macam peranan dan
keberadaannya ada dimana-mana, sehingga menjadikan serangga sangat penting di
ekosistem dan kehidupan manusia (Suheriyanto. 2008).
Dari 1,82 juta spesies tumbuhan dan
hewan yang telah diidentifikasi, serangga merupakan kelompok yang paling besar,
yaitu mencapai 60% dari spesies tersebut atau lebih baik yang sudah
diidentifikasi maupun yang belum sangat sulit untuk diketahui secara pasti.
Menurut perkiraan pada tahun 1992, jumlah serangga berkisar antara 5 sampai 10
juta spesies (Price, 1997).
Serangga odonota dengan lebih dari
5000 spesies berbeda yang terbesar di seluruh penjuru dunia. Di amerika serikat
terdapat lebih dari 400 spesies, apalagi Indonesia yang luas ini pasti lebih
banyak spesies capung yang hidup. Capung merupakan salah satu serangga purba,
mereka sudah ada di bumi sejak 300 juta tahun yang lalu. Fosil capung terbesar
yang pernh ditemukan di bumi mempunyai ukuran lebar sayap lebih dari 3 meter.
Capung
termasuk serangga karnivora karena capung suka menyantap hewan lain saat pada
saat menetaskan telur-telurnya. Pada saat masih larva, mereka memakan plankton,
ikan-ikan kecil, serta larva lain. Disaat sayap mereka mulai berkembang, capung
muda memiliki bagian tubuh khusus yang berada di sekitar kepalanya yang
berfungsi sebagai tongkat untuk memudahkan menangkap ikian-ikan kecil. Di saat
dewasa capung merupakan predator alami dari nyamuk sehingga populasi capung
yang banyak bisa menjadi pengontrol yang efektif dalam menanggulangi penyebaran
nyamuk pada suatu tempat.
2.
Klasifikasi pada Ordo Odonata (Capung)
Serangga dipelajari secara khusus
pada cabang biologi yang disebut entomologi. Serangga termasuk dalam filum arthropoda. Arthropoda berasal dari
bahasa yunani arthro yang artinya
ruas dan poda berarti kaki, jadi
arthropoda adalah kelompok hewan yang mempunyai cirri utama kaki beruas-ruas
(Borror dkk, 1996). Capung di beri nama Odonata Oleh Fabricus pada tahun 1793. Nama tersebut diambil dari bahasa Yunani: Odonta-gnata yang berarti rahang bergigi.
Klasifikasi serangga ordo odonata
pada capung.
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Odonata
Subordo: Epiprocta
Spesies:
Anisoptera (Selys, 1854).
3 Ciri -
Ciri Serangga Ordo Odonata (Capung)
Ciri-cirinya sebagai berikut:
Ø Memiliki
mulut dua pasang sayap
Ø Tipe mulut
mengunyah
Ø Metamorphosis
tidak sempurna
Ø Terdapat
sepasang mata majemuk yang besar
Ø Antenanya
pendek
Ø Larva hidup
di air
4 Struktur
Tubuh Pada Ordo Odonata (Capung)
Odonata
biasa juga disebut dengan kelompok capung-capungan. Odonata biasanya memiliki
fitur yaitu memiliki cerci yang pendek atau tidak ada, pada masing-masing sayap
depan terdapat node (bongkol) dan menakik, antena berbentuk setaceous (pita).
Capung merupakan serangga yang menarik, memiliki 4 sayap yang berselaput dan
banyak sekali urat sayapnya . Bentuk kepala besar dengan mata yang besar pula.
Antena berukuran pendek dan ramping. Capung ini memiliki dada yang kuat dan
kaki yang sempurna. Abdomen panjang dan ramping, tidak memiliki ekor, tetapi
memiliki berbagai bentuk umbai ekor yang telah berkembang dengan baik. Mata
capung sangat besar dan disebut mata majemuk, terdiri dari banyak mata kecil
yang disebut ommatidium. Dengan mata ini capung mampu melihat ke segala arah
dan dengan mudah dapat menemukan korban atau meloloskan diri dari musuhnya,
bahkan dapat mendeteksi gerakan yang jauhnya lebih dari 10 m dari tempatnya
berada. Tubuh capung tidak berbulu dan biasanya berwarna-warni. Beberapa jenis
capung ada yang memiliki warna tubuh mengkilap (metalik). Kedua pasang sayap
capung berurat-urat. Para anggota capung dapat mengidentifikasi dan membedakan
kelompok capung dengan melihat susunan urat-urat pada saxap. Masing-masing
susunan urat memiliki nama tersendiri. Kaki capung tidak terlalu kuat, oleh
karena itu capung menggunakan kakiknya bukan untuk berjalan, melainkan untuk
berdiri (hinggap) dan menangkap mangsanya. Kaki-kaki capung yang ramping itu
juga dapat membentuk kurungan untuk membawa korbannya. Capung biasa dapat
menangkap korban dan memakannya sambil terbang, sedangkan capung jarum makan
saat hinggap (Anynomous.2009).
5 Sistem
Reproduksi
Pada system reproduksi capung yakni
metamorphosis tidak sempurna. System reproduksi jantan terdiri atas sepasang
testis yang terletak di ujung belakang abdomen. Setiap testis mengandung
unit-unit fungsional dimana sperma dihasilkan. System reproduksi betina terdiri
atas sepasang ovarium. Setiap ovarium terbagi menjadi unit-unit fungsional
dimana telur dihasilkan (price. 1997).
Capung
betina tidak akan kawin lagi setelah pembuahan. Capung jantan jenis Calopteryx
Virgo akan menggunakan kait pada ekornya, capung jantan menangkap betinanya di
lehernya. Betina akan melilitkan kakinya di sekitar ekor capung jantan.
Pejantan akan menggunakan sambungan khusus di ekornya. Capung akan membersihkan
mani yang tertinggal dari pejantan lain. Kemudian, dia akan memasukkan maninya
ke dalam rongga kelamin betina. Karena peristiwa ini memakan waktu berjam-jam,
mereka kadangkala terbang dalam posisi berhimpitan. Capung meninggalkan telur
dewasa di kedangkalan danau atau kolam.
6 Sistem
Pernafasan
Capung dapat mengembara dengan
kecepatan 25 mil per-jam (40 kilometer/jam). Bahkan serangga yang lebih kecil
dapat mencapai kecepatan hingga 31 mil per-jam (50 kilometer/jam). Kecepatan
ini sebanding dengan manusia yang melakukan perjalanan dengan kecepatan ini
bila menggunakan pesawat jet (price. 1997).
Pada capung daya terbangnya
memerlukan tingkat tenaga yang tinggi. Juga dibutuhkan sejumlah besar oksigen
untuk membakar energi tersebut. Kebutuhan oksigen dalam jumlah besar ini
dipenuhi oleh system pernapasan yang luar biasa yang terletak di dalam tubuh
capung dan serangga lain.
Terdapat
system luar biasa yang diciptakan didalam tubuh capung dan serangga lain agar
mereka mampu memenuhi kebutuhan akan pasokan oksigen yang tinggi: udara,
seperti didalam peredaran darah dikirim langsung ke setiap jaringan melalui
pembuluh-pembuluh khusus. Batang tenggorok di sekeliling dinding bantang
tersebut terdapat spiral penguat seperti yang terdapat pada pipa alat penyedot
debu. Setiap batang tenggorok mengirim oksigen kepada sel-sel tubuh serangga
dan membuang karbon dioksida.
2.7 Habitat
Ordo Odonata (Capung)
Habitat
Capung menghabiskan sebagian besar hidupnya sebagai nimfa yang sangat
tergantung pada habitat perairan seperti sawah, sungai, danau, kolam atau rawa.
Tidak ada satu jenis pun capung yang hidup di laut, namun ada beberapa jenis
yang tahan terhadap tigkat kadar garam tertentu. Ada juga nimfa capung hutan
tropis yang lembab hidup di darat. Capung melakukan kegiatannya pada siang
hari, saat matahari bersinar. Oleh karena itu, pada hari yang panas capung akan
terbang sangat aktif dan sulit untuk didekati. Sedangkan pada dini hari atau di
sore hari saat matahari tenggelam terkadang capung lebih mudah didekati (Soetjipta. 1993).
2.8 Siklus
Hidup Ordo Odonata (Capung)
Daur Hidup capung Daur hidup capung
merupakan metamorfosis Ametabola. Nimfa capung terkenal sebagai pemangsa yang
ganas, memiliki bibir bawah yang dapat dijulurkan untuk menagkap mangsanya.
Nimfa hidup di dalam air dan bernapas dengan insang. Dalam jangka waktu
beberapa bulan sampai lima tahun, tergantung jenisnya, nimfa kemudian akan naik
ke permukaan air dengan memanjat daun atau tumbuhan untuk kemudian melepaskan
kulit dan menjadi capung dewasa. Telur Telur capung ada yang berbentuk panjang
silindris dan ada pula yang bulat. Disudut telur ada satu atau beberapa lubang
sangat kecil (micropyle) yang dapat dimasuki sperma sebelum telur diletakan
oleh induknya. Perkembangan telur terjadi setelah telur diletakkan, dan
larvanya mulai menetas dalam waktu 1-3 minggu. Nimfa Tahap perkembangan nimfa
disebut juga instar. Instar nimfa terakhir disebut F-0 (F), satu tingkat
sebelum disebut F-1, dua tahap sebelumnya F-2, dst. Nimfa mungkin saja waktu
istirahat (diapause) yang menunda perkembangannya serta memastikan
kemunculannya pada musim yang sesuai. Selama masa istirahat, nimfa akan
mengurangi kegiatan makan, dan perkembangannya serta kegiatannya jauh berkurang
dari biasanya. Nimfa dewasa membutuhkan waktu untuk menyusun kembali susunan
tubuh dan perilakunya sebelum berubah menjadi capung dewasa. Satu atau dua hari
sebelum menjadi bentuk dewasa, nimfa akan memilih tempat yang sesuai untuk kemunculannya.
Sejenak sebelum kemunculannya, fungsi insang berhenti dan segera digantikan
oleh lubang dubur.
Perilaku menarik dari capung Kawin
Pada beberapa jenis, capung jantan yang siap kawin memiliki kebiasaan untuk
menguasai suatu wilayah. Capung jantan umumnya berwarna cerah atau lebih
mencolok dari betina. Warna yang mencolok ini membantu menunjukan wilayahnya ke
jantan lain. Perkelahian diantara capung-capung jantan sering terjadi dalam
memperebutkan wilayah masing-masing. Bila ada seekor capung betina terbang
mendekati salah satu wilayah, maka jantan penghuni akan mencoba mengawininya.
Capung melakukan perkawinan sambil terbang, umumnya disekitar perairan dengan
menggunakan umbai ekornya, capung jantan akan mencegnkeram bagian belakang
kepala capung betina. Kemudian capung betina akan membengkokkan ujung perutnya
menuju alat kelamin jantan yang sebelumnya sudah terisi sel-sel sperma. Kondisi
ini membentuk posisi yang menarik seperti lingkaran yang disebut "roda
perkawinan". Setelah berhasil, sperma akan memasuki tubuh capung betina
dan membasahi telur-telurnya (Borror.
1996).
Bertelur Setelah kawin, capung
betina siap untuk meletakkan telur-telurnya dengan bernagai cara ini sesuai
dengan jenisnya, ada yang menyimpan di sela-sela batang tanaman air, ada pula
yang menyelam ke dalam air untuk bertelur. Oleh sebab itu capung selalu terikat
dengan air, baik untuk meletakkan telur-telurnya maupun untuk kehidupan
nimfanya. Pada waktu capung betina meletakkan telur-telrnya, capung jantan
melayang-layang diatasnya atau tetap menempel pada tubuh betina dalam posisi
berboncengan atau "tandem". Berjemur Capung memiliki kebiasaan
berjemur dibawah sinar matahari untuk menghangatkan tubuhnya dan menguatkan
otot-otot sayapnya untuk terbang.
Capung diciptakan oleh Allah SWT dengan tubuh yang
kecil dan mampu berenang dengan cepat untuk meletakkan telur-telurnya dan dapat
menangkap ikan dan menjempitnya dengan kuat untuk mencabik-cabik mangsanya pada
masa kepompong. Telur capung berumur 1 bulan, pada masa larva berumur 3 tahun
dan pada masa dewasa capung hanya berumur 1 hari atau 1 minggu. Pada saat
capung telah selesai melakukan perkawinan dan bertelur, capung akan mati.
Firman Allah SWT dalam Surat An-Nuur
Ayat 45, yang artinya:
Dan Allah telah menciptakan semua
jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas
perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain)
berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya,
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Capung
diciptakan oleh Allah dengan proses – proses sedemikian rupa. Seperti yang
dijelaskan ayat di atas bahwa, capung banyak menghabiskan hidupnya dalam bentuk
larva sehingga hidup di dalam air dan berjalan dengan keenan kakinya, capung
memangsa ikan – ikan kecil demi keberlangsungan hidupnya. Pada proses
kedewasaan capung mengalami perubahan di dalam air atau dalam bentuk larva
dengan pertumbuhan awal pada kakinya setelah itu punggungnya mengalami
pembelahan. Pada saat pembelahan tubuhnya mengalami kelenturan yang sempurna
serangga pada saat pembelahan tidak mengalami kerusakan, suatu system cairan
tubuh khusus diciptakan untuk digunakan pada proses ini. Bagian tubuh yang yang
mengeriput ini menggembung dengan memompakan cairan tubuhnya setelah berhasil
keluar dari celah kepompong. Larutan larutan kimiawi mulai memutus ikatan
antara kaki baru dengan kaki lama tanpa merusaknya. Proses ini sangat sempurna
meskipun akan menimbulkan kerusakan seandainya satu kaki terjebak. Kaki-kaki
tersebut dibiarkan mongering dan mengeras selama sekitar dua menit sebelum
digunakan. Sayap-sayapnya sudah terbentuk sempurna namun masih dalam keadaan
terlipat. Cairan tubuh dipompakan dengan pengerutan tubuh yang kuat ke dalam
jaringan sayap. Setelah capung meninggalkan tubuh lamanya dan mongering dengan
sempurna, capung mencoba seluruh kaki dan sayapnya. Capung memompakan kelebihan
cairan keluar, untuk menyeimbangkan sistemnya. Pendeknya metamorphosis capung
merupakan satu dari sekian banyak bukti nayata mengenai betapa sempurnanya
Allah SWT menciptakan makhluk hidupnya.
Selain itu ada juga dalam Firman
Allah SWT dalam Surat Huud Ayat 6,
yang artinya:
Dan tidak ada suatu binatang
melata[709] pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia
mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya[710]. semuanya
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
Penjelasan dari ayat diatas bahwa
Allah menciptakan hewan melata untu dapat berkembang biak dan mempunyai manfaat
bagi sesama hewan atau bagi manusia, selain itu hewan melata ini mempunyai
keahlian atau kemampuan sendiri-sendiri. Yang
dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah yang bernyawa.
Hewan atau makhluk yang bersenyawa disini yakni hewan yang mampu berkembang
biak atau hewan yang mampu bernafas, mencari makan, demi kelangsungan hidupnya. Menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud
dengan tempat berdiam di sini ialah dunia dan tempat penyimpanan ialah akhirat.
dan menurut sebagian ahli tafsir yang lain maksud tempat berdiam ialah tulang
sulbi dan tempat penyimpanan ialah rahim. Pada capung tempat penyimpanannya
yakni pada masa capung berbentuk larva. Telur capung hanya berusia sebulan
setelah itu berubah menjadi larva, larva ini berusia sampai 3 tahun setelah itu
beruabah lagi menjadi capung dewasa dan usianya hanya selama beberapa minggu.
Capung menghabiskan waktu di air yakni dalam bentuk larva, saat berbentuk larva
capung mengalami pertumbuhan seperti pertumbuhan kaki, pembentukan tubuh, dan
pembentukan sayap. Seperti yang dijelaskan tadi bahwa tempat berdiam ialah tulang sulbi dan tempat penyimpanan ialah rahim. Untuk
capung tempat penyimpanannya adalah pada saat capung masih berbentuk larva,
sehingga sangat sulit larva tersebut dimangsa hewan lain karena larva tersebut
sangat keras.
2.9 Peranan Dari
Ordo Odonata (Capung)
Peran keberadaan capung untuk
manusia. Bentuk capung yang anggun dan warna yang indah sering menjadikan
capung sebagai sumber inspirasi bagi para seniman lukis, perancang mode,
perhiasan, penulis lagu maupun puisi. Gerakan terbangnya yang cepat dan dinamis
menjadi inspirasi bagi pada seniman seni tari. Pada zaman dahulu di Madagaskar,
Indonesia dan Malaysia konon capung digunakan sebagai makanan perangsang, dan
ada pula yang menggunakannya sebagai obat.
Di beberapa daerah di Indonesia,
terutama di pedesaan, capung tentara sering digunakan untuk menghentikan
kebiasaan mengompol pada anak-anak. Capung yang masih hidup di tempatkan di
atas pusar anak hingga kaki capung menggelitik pusar anak tersebut. Lain lagi
di Jepang. Di negeri matahari terbit ini capung dilindungi dan tidak bisa
dilukai atau di bunuh, sebab capung menurut kepercayaan orang jepang merupakan
simbol kesuksesan dan semangat serta penghubung jiwa orang yang sudah
meninggal.
Capung
mempunyai manfaat bagi manusia. Nimfa capung memakan berbagai jenis binatang
air termasuk jentik nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit malaria dan demam
berdarah. Di beberapa Negara-negara asia timur baru-baru ini telah terungkap
bahwa capung dapat digunakan sebagai pembasmi efektif terhaap nyamuk penyebab
penyakit.
2.10 Macam -
Macam Ordo Odonata (Capung)
Capung
terdiri atas 2 macam capung dengan perbedaan ukuran yang sangat mencolok yaitu
capung jarum dan capung biasa. Capung jarum (anak bangsa Zygoptera) ukuran tubuhnya
kecil dan ramping seperti jarum. Pada waktu hinggap, sayap capung jarum
terlipat / menutup diatas punggungnya. Sedangkan capung biasa (anak bangsa
Anisoptera) tubuhnya lebih besar dan lebih kekar dari capung jarum, dan umumnya
dapat terbang lebih cepat. Sayap capung bisa terentang pada waktu hinggap.
Capung biasa termasuk penerbang ulung karena kecepatan terbangnya yang tinggi,
bahkan ada jenis yang dapat terbang mencapai 64 km / jam.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
- Capung berada di permukaan air untuk menaruh telur-telunya dan kemudian menetas menjadi larva.
- Capung sering berkelahi satu sama lain untuk memperebutkan daerah kekuasaan mereka.
- Capung termasuk serangga karnivora karena serangga suka menyantap hewan lain.
- Capung menghabiskan seluruh masa hidupnya pada saat mereka larva.
- Capung dewasa bertahan hidup hanya beberapa minggu karena tujuan mereka bermetamorfosis.
- Sayap capung bagian depan lebih panjang dari pada sayap capung bagian belakang.
- Capung memiliki mata yang besar dengan ribuan lensa yang bersegi-segi seperti pada lebah. Dengan mata yang besar dan bersegi-segi tersebut, capung dapat melihat ke segala arah.
DAFTAR
PUSTAKA
Bland, R.G. and Jaques, H.E.
1978. How to Know the Insect. Third Edition. Boston: McGraw-Hill.
Borror, D.J., Triplehorn,
C.A., Johnson, N.F. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi Keenam.
Penerjemah: Soetiyono Partosoedjono. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Price, P.W. 1997. Insect
Ecology. Third Edition, New York: John Wiley & Sons, inc.
Soetjipta. 1993. Dasar-Dasar
Ekologi Hewan. Yogyakarta: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan
Tinggi.
0 comments:
Post a Comment