CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Wednesday, March 25, 2015

Odonata Life Cycle

ada tugas mata kuliah Entomologi nih dari dosen aku, bu Purwati..
wah namanya mirip namaku ya? ya.. semoga pintar dan hokkynya juga mirip ya, amin..
sebenernya tugas itu untuk hari jumat, tp berhubung hari jumat aku bakal absen lg, padahal dari awal semester aku baru masuk kelas entomologi 1 kali. jadi.. aku kerjaan tugas ini sebelum deadline.
tapi aku juga mau share tugas ini, karena cukup menarik untuk dibagi dan menambah ilmu pengetahuan pembaca. tugas ini tentang Odonata yaitu capung-capungan, dan lebih khususnya lagi tugas ini mengenai bagaimana perilaku Odonata saat bereproduksi, karena sangat unik.
tapi akan aku jabarkan semua tentang Odonata ini ya..


1. Pengertian Ordo Odonata (Capung)
Serangga merupakan suatu misteri penciptaan yang luar biasa. Serangga mempunyai jumlah terbesar dari seluruh spesies yang ada di bumi ini, mempunyai berbagai macam peranan dan keberadaannya ada dimana-mana, sehingga menjadikan serangga sangat penting di ekosistem dan kehidupan manusia (Suheriyanto. 2008).
Dari 1,82 juta spesies tumbuhan dan hewan yang telah diidentifikasi, serangga merupakan kelompok yang paling besar, yaitu mencapai 60% dari spesies tersebut atau lebih baik yang sudah diidentifikasi maupun yang belum sangat sulit untuk diketahui secara pasti. Menurut perkiraan pada tahun 1992, jumlah serangga berkisar antara 5 sampai 10 juta spesies (Price, 1997).
Serangga odonota dengan lebih dari 5000 spesies berbeda yang terbesar di seluruh penjuru dunia. Di amerika serikat terdapat lebih dari 400 spesies, apalagi Indonesia yang luas ini pasti lebih banyak spesies capung yang hidup. Capung merupakan salah satu serangga purba, mereka sudah ada di bumi sejak 300 juta tahun yang lalu. Fosil capung terbesar yang pernh ditemukan di bumi mempunyai ukuran lebar sayap lebih dari 3 meter.
Capung termasuk serangga karnivora karena capung suka menyantap hewan lain saat pada saat menetaskan telur-telurnya. Pada saat masih larva, mereka memakan plankton, ikan-ikan kecil, serta larva lain. Disaat sayap mereka mulai berkembang, capung muda memiliki bagian tubuh khusus yang berada di sekitar kepalanya yang berfungsi sebagai tongkat untuk memudahkan menangkap ikian-ikan kecil. Di saat dewasa capung merupakan predator alami dari nyamuk sehingga populasi capung yang banyak bisa menjadi pengontrol yang efektif dalam menanggulangi penyebaran nyamuk pada suatu tempat.


2. Klasifikasi pada Ordo Odonata (Capung)
Serangga dipelajari secara khusus pada cabang biologi yang disebut entomologi. Serangga termasuk dalam filum arthropoda. Arthropoda berasal dari bahasa yunani arthro yang artinya ruas dan poda berarti kaki, jadi arthropoda adalah kelompok hewan yang mempunyai cirri utama kaki beruas-ruas (Borror dkk, 1996). Capung di beri nama Odonata Oleh Fabricus pada tahun 1793. Nama tersebut diambil dari bahasa Yunani: Odonta-gnata yang berarti rahang bergigi.
Klasifikasi serangga ordo odonata pada capung.
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Odonata
Subordo: Epiprocta
Spesies: Anisoptera (Selys, 1854).

3 Ciri - Ciri Serangga Ordo Odonata (Capung)
Ciri-cirinya sebagai berikut:
Ø  Memiliki mulut dua pasang sayap
Ø  Tipe mulut mengunyah
Ø  Metamorphosis tidak sempurna
Ø  Terdapat sepasang mata majemuk yang besar
Ø  Antenanya pendek
Ø  Larva hidup di air
Ø  Bersifat karnivora

4    Struktur Tubuh Pada Ordo Odonata (Capung)
Odonata biasa juga disebut dengan kelompok capung-capungan. Odonata biasanya memiliki fitur yaitu memiliki cerci yang pendek atau tidak ada, pada masing-masing sayap depan terdapat node (bongkol) dan menakik, antena berbentuk setaceous (pita). Capung merupakan serangga yang menarik, memiliki 4 sayap yang berselaput dan banyak sekali urat sayapnya . Bentuk kepala besar dengan mata yang besar pula. Antena berukuran pendek dan ramping. Capung ini memiliki dada yang kuat dan kaki yang sempurna. Abdomen panjang dan ramping, tidak memiliki ekor, tetapi memiliki berbagai bentuk umbai ekor yang telah berkembang dengan baik. Mata capung sangat besar dan disebut mata majemuk, terdiri dari banyak mata kecil yang disebut ommatidium. Dengan mata ini capung mampu melihat ke segala arah dan dengan mudah dapat menemukan korban atau meloloskan diri dari musuhnya, bahkan dapat mendeteksi gerakan yang jauhnya lebih dari 10 m dari tempatnya berada. Tubuh capung tidak berbulu dan biasanya berwarna-warni. Beberapa jenis capung ada yang memiliki warna tubuh mengkilap (metalik). Kedua pasang sayap capung berurat-urat. Para anggota capung dapat mengidentifikasi dan membedakan kelompok capung dengan melihat susunan urat-urat pada saxap. Masing-masing susunan urat memiliki nama tersendiri. Kaki capung tidak terlalu kuat, oleh karena itu capung menggunakan kakiknya bukan untuk berjalan, melainkan untuk berdiri (hinggap) dan menangkap mangsanya. Kaki-kaki capung yang ramping itu juga dapat membentuk kurungan untuk membawa korbannya. Capung biasa dapat menangkap korban dan memakannya sambil terbang, sedangkan capung jarum makan saat hinggap (Anynomous.2009).


5    Sistem Reproduksi
Pada system reproduksi capung yakni metamorphosis tidak sempurna. System reproduksi jantan terdiri atas sepasang testis yang terletak di ujung belakang abdomen. Setiap testis mengandung unit-unit fungsional dimana sperma dihasilkan. System reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium. Setiap ovarium terbagi menjadi unit-unit fungsional dimana telur dihasilkan (price. 1997).
Capung betina tidak akan kawin lagi setelah pembuahan. Capung jantan jenis Calopteryx Virgo akan menggunakan kait pada ekornya, capung jantan menangkap betinanya di lehernya. Betina akan melilitkan kakinya di sekitar ekor capung jantan. Pejantan akan menggunakan sambungan khusus di ekornya. Capung akan membersihkan mani yang tertinggal dari pejantan lain. Kemudian, dia akan memasukkan maninya ke dalam rongga kelamin betina. Karena peristiwa ini memakan waktu berjam-jam, mereka kadangkala terbang dalam posisi berhimpitan. Capung meninggalkan telur dewasa di kedangkalan danau atau kolam.



6    Sistem Pernafasan
Capung dapat mengembara dengan kecepatan 25 mil per-jam (40 kilometer/jam). Bahkan serangga yang lebih kecil dapat mencapai kecepatan hingga 31 mil per-jam (50 kilometer/jam). Kecepatan ini sebanding dengan manusia yang melakukan perjalanan dengan kecepatan ini bila menggunakan pesawat jet (price. 1997).
Pada capung daya terbangnya memerlukan tingkat tenaga yang tinggi. Juga dibutuhkan sejumlah besar oksigen untuk membakar energi tersebut. Kebutuhan oksigen dalam jumlah besar ini dipenuhi oleh system pernapasan yang luar biasa yang terletak di dalam tubuh capung dan serangga lain.
Terdapat system luar biasa yang diciptakan didalam tubuh capung dan serangga lain agar mereka mampu memenuhi kebutuhan akan pasokan oksigen yang tinggi: udara, seperti didalam peredaran darah dikirim langsung ke setiap jaringan melalui pembuluh-pembuluh khusus. Batang tenggorok di sekeliling dinding bantang tersebut terdapat spiral penguat seperti yang terdapat pada pipa alat penyedot debu. Setiap batang tenggorok mengirim oksigen kepada sel-sel tubuh serangga dan membuang karbon dioksida.  


2.7 Habitat Ordo Odonata (Capung)
Habitat Capung menghabiskan sebagian besar hidupnya sebagai nimfa yang sangat tergantung pada habitat perairan seperti sawah, sungai, danau, kolam atau rawa. Tidak ada satu jenis pun capung yang hidup di laut, namun ada beberapa jenis yang tahan terhadap tigkat kadar garam tertentu. Ada juga nimfa capung hutan tropis yang lembab hidup di darat. Capung melakukan kegiatannya pada siang hari, saat matahari bersinar. Oleh karena itu, pada hari yang panas capung akan terbang sangat aktif dan sulit untuk didekati. Sedangkan pada dini hari atau di sore hari saat matahari tenggelam terkadang capung lebih mudah didekati (Soetjipta. 1993).
2.8 Siklus Hidup Ordo Odonata (Capung)
Daur Hidup capung Daur hidup capung merupakan metamorfosis Ametabola. Nimfa capung terkenal sebagai pemangsa yang ganas, memiliki bibir bawah yang dapat dijulurkan untuk menagkap mangsanya. Nimfa hidup di dalam air dan bernapas dengan insang. Dalam jangka waktu beberapa bulan sampai lima tahun, tergantung jenisnya, nimfa kemudian akan naik ke permukaan air dengan memanjat daun atau tumbuhan untuk kemudian melepaskan kulit dan menjadi capung dewasa. Telur Telur capung ada yang berbentuk panjang silindris dan ada pula yang bulat. Disudut telur ada satu atau beberapa lubang sangat kecil (micropyle) yang dapat dimasuki sperma sebelum telur diletakan oleh induknya. Perkembangan telur terjadi setelah telur diletakkan, dan larvanya mulai menetas dalam waktu 1-3 minggu. Nimfa Tahap perkembangan nimfa disebut juga instar. Instar nimfa terakhir disebut F-0 (F), satu tingkat sebelum disebut F-1, dua tahap sebelumnya F-2, dst. Nimfa mungkin saja waktu istirahat (diapause) yang menunda perkembangannya serta memastikan kemunculannya pada musim yang sesuai. Selama masa istirahat, nimfa akan mengurangi kegiatan makan, dan perkembangannya serta kegiatannya jauh berkurang dari biasanya. Nimfa dewasa membutuhkan waktu untuk menyusun kembali susunan tubuh dan perilakunya sebelum berubah menjadi capung dewasa. Satu atau dua hari sebelum menjadi bentuk dewasa, nimfa akan memilih tempat yang sesuai untuk kemunculannya. Sejenak sebelum kemunculannya, fungsi insang berhenti dan segera digantikan oleh lubang dubur. 
Perilaku menarik dari capung Kawin Pada beberapa jenis, capung jantan yang siap kawin memiliki kebiasaan untuk menguasai suatu wilayah. Capung jantan umumnya berwarna cerah atau lebih mencolok dari betina. Warna yang mencolok ini membantu menunjukan wilayahnya ke jantan lain. Perkelahian diantara capung-capung jantan sering terjadi dalam memperebutkan wilayah masing-masing. Bila ada seekor capung betina terbang mendekati salah satu wilayah, maka jantan penghuni akan mencoba mengawininya. Capung melakukan perkawinan sambil terbang, umumnya disekitar perairan dengan menggunakan umbai ekornya, capung jantan akan mencegnkeram bagian belakang kepala capung betina. Kemudian capung betina akan membengkokkan ujung perutnya menuju alat kelamin jantan yang sebelumnya sudah terisi sel-sel sperma. Kondisi ini membentuk posisi yang menarik seperti lingkaran yang disebut "roda perkawinan". Setelah berhasil, sperma akan memasuki tubuh capung betina dan membasahi telur-telurnya (Borror. 1996).
Bertelur Setelah kawin, capung betina siap untuk meletakkan telur-telurnya dengan bernagai cara ini sesuai dengan jenisnya, ada yang menyimpan di sela-sela batang tanaman air, ada pula yang menyelam ke dalam air untuk bertelur. Oleh sebab itu capung selalu terikat dengan air, baik untuk meletakkan telur-telurnya maupun untuk kehidupan nimfanya. Pada waktu capung betina meletakkan telur-telrnya, capung jantan melayang-layang diatasnya atau tetap menempel pada tubuh betina dalam posisi berboncengan atau "tandem". Berjemur Capung memiliki kebiasaan berjemur dibawah sinar matahari untuk menghangatkan tubuhnya dan menguatkan otot-otot sayapnya untuk terbang.
Capung diciptakan oleh Allah SWT dengan tubuh yang kecil dan mampu berenang dengan cepat untuk meletakkan telur-telurnya dan dapat menangkap ikan dan menjempitnya dengan kuat untuk mencabik-cabik mangsanya pada masa kepompong. Telur capung berumur 1 bulan, pada masa larva berumur 3 tahun dan pada masa dewasa capung hanya berumur 1 hari atau 1 minggu. Pada saat capung telah selesai melakukan perkawinan dan bertelur, capung akan mati. Firman Allah SWT dalam Surat An-Nuur Ayat 45, yang artinya:

Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Capung diciptakan oleh Allah dengan proses – proses sedemikian rupa. Seperti yang dijelaskan ayat di atas bahwa, capung banyak menghabiskan hidupnya dalam bentuk larva sehingga hidup di dalam air dan berjalan dengan keenan kakinya, capung memangsa ikan – ikan kecil demi keberlangsungan hidupnya. Pada proses kedewasaan capung mengalami perubahan di dalam air atau dalam bentuk larva dengan pertumbuhan awal pada kakinya setelah itu punggungnya mengalami pembelahan. Pada saat pembelahan tubuhnya mengalami kelenturan yang sempurna serangga pada saat pembelahan tidak mengalami kerusakan, suatu system cairan tubuh khusus diciptakan untuk digunakan pada proses ini. Bagian tubuh yang yang mengeriput ini menggembung dengan memompakan cairan tubuhnya setelah berhasil keluar dari celah kepompong. Larutan larutan kimiawi mulai memutus ikatan antara kaki baru dengan kaki lama tanpa merusaknya. Proses ini sangat sempurna meskipun akan menimbulkan kerusakan seandainya satu kaki terjebak. Kaki-kaki tersebut dibiarkan mongering dan mengeras selama sekitar dua menit sebelum digunakan. Sayap-sayapnya sudah terbentuk sempurna namun masih dalam keadaan terlipat. Cairan tubuh dipompakan dengan pengerutan tubuh yang kuat ke dalam jaringan sayap. Setelah capung meninggalkan tubuh lamanya dan mongering dengan sempurna, capung mencoba seluruh kaki dan sayapnya. Capung memompakan kelebihan cairan keluar, untuk menyeimbangkan sistemnya. Pendeknya metamorphosis capung merupakan satu dari sekian banyak bukti nayata mengenai betapa sempurnanya Allah SWT menciptakan makhluk hidupnya.
Selain itu ada juga dalam Firman Allah SWT dalam Surat Huud Ayat 6, yang artinya:

Dan tidak ada suatu binatang melata[709] pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya[710]. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Penjelasan dari ayat diatas bahwa Allah menciptakan hewan melata untu dapat berkembang biak dan mempunyai manfaat bagi sesama hewan atau bagi manusia, selain itu hewan melata ini mempunyai keahlian atau kemampuan sendiri-sendiri. Yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah yang bernyawa. Hewan atau makhluk yang bersenyawa disini yakni hewan yang mampu berkembang biak atau hewan yang mampu bernafas, mencari makan, demi kelangsungan hidupnya. Menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan tempat berdiam di sini ialah dunia dan tempat penyimpanan ialah akhirat. dan menurut sebagian ahli tafsir yang lain maksud tempat berdiam ialah tulang sulbi dan tempat penyimpanan ialah rahim. Pada capung tempat penyimpanannya yakni pada masa capung berbentuk larva. Telur capung hanya berusia sebulan setelah itu berubah menjadi larva, larva ini berusia sampai 3 tahun setelah itu beruabah lagi menjadi capung dewasa dan usianya hanya selama beberapa minggu. Capung menghabiskan waktu di air yakni dalam bentuk larva, saat berbentuk larva capung mengalami pertumbuhan seperti pertumbuhan kaki, pembentukan tubuh, dan pembentukan sayap. Seperti yang dijelaskan tadi bahwa tempat berdiam ialah tulang sulbi dan tempat penyimpanan ialah rahim. Untuk capung tempat penyimpanannya adalah pada saat capung masih berbentuk larva, sehingga sangat sulit larva tersebut dimangsa hewan lain karena larva tersebut sangat keras.

2.9    Peranan Dari Ordo Odonata (Capung)
Peran keberadaan capung untuk manusia. Bentuk capung yang anggun dan warna yang indah sering menjadikan capung sebagai sumber inspirasi bagi para seniman lukis, perancang mode, perhiasan, penulis lagu maupun puisi. Gerakan terbangnya yang cepat dan dinamis menjadi inspirasi bagi pada seniman seni tari. Pada zaman dahulu di Madagaskar, Indonesia dan Malaysia konon capung digunakan sebagai makanan perangsang, dan ada pula yang menggunakannya sebagai obat.
Di beberapa daerah di Indonesia, terutama di pedesaan, capung tentara sering digunakan untuk menghentikan kebiasaan mengompol pada anak-anak. Capung yang masih hidup di tempatkan di atas pusar anak hingga kaki capung menggelitik pusar anak tersebut. Lain lagi di Jepang. Di negeri matahari terbit ini capung dilindungi dan tidak bisa dilukai atau di bunuh, sebab capung menurut kepercayaan orang jepang merupakan simbol kesuksesan dan semangat serta penghubung jiwa orang yang sudah meninggal.
Capung mempunyai manfaat bagi manusia. Nimfa capung memakan berbagai jenis binatang air termasuk jentik nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit malaria dan demam berdarah. Di beberapa Negara-negara asia timur baru-baru ini telah terungkap bahwa capung dapat digunakan sebagai pembasmi efektif terhaap nyamuk penyebab penyakit.

2.10 Macam - Macam Ordo Odonata (Capung)
Capung terdiri atas 2 macam capung dengan perbedaan ukuran yang sangat mencolok yaitu capung jarum dan capung biasa. Capung jarum (anak bangsa Zygoptera) ukuran tubuhnya kecil dan ramping seperti jarum. Pada waktu hinggap, sayap capung jarum terlipat / menutup diatas punggungnya. Sedangkan capung biasa (anak bangsa Anisoptera) tubuhnya lebih besar dan lebih kekar dari capung jarum, dan umumnya dapat terbang lebih cepat. Sayap capung bisa terentang pada waktu hinggap. Capung biasa termasuk penerbang ulung karena kecepatan terbangnya yang tinggi, bahkan ada jenis yang dapat terbang mencapai 64 km / jam.
  

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
  1. Capung berada di permukaan air untuk menaruh telur-telunya dan kemudian menetas menjadi larva.
  2. Capung sering berkelahi satu sama lain untuk memperebutkan daerah kekuasaan mereka.
  3. Capung termasuk serangga karnivora karena serangga suka menyantap hewan lain.
  4. Capung menghabiskan seluruh masa hidupnya pada saat mereka larva.
  5. Capung dewasa bertahan hidup hanya beberapa minggu karena tujuan mereka bermetamorfosis.
  6. Sayap capung bagian depan lebih panjang dari pada sayap capung bagian belakang.
  7. Capung memiliki mata yang besar dengan ribuan lensa yang bersegi-segi seperti pada lebah. Dengan mata yang besar dan bersegi-segi tersebut, capung dapat melihat ke segala arah.


DAFTAR PUSTAKA
Bland, R.G. and Jaques, H.E. 1978. How to Know the Insect. Third Edition. Boston: McGraw-Hill.
Borror, D.J., Triplehorn, C.A., Johnson, N.F. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi Keenam. Penerjemah: Soetiyono Partosoedjono. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Price, P.W. 1997. Insect Ecology. Third Edition, New York: John Wiley & Sons, inc.
Soetjipta. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Yogyakarta: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.
Suheriyanto, Dwi. 2008. Ekologi Serangga. Malang: Uin Malang Press.

sekian..
semoga bermanfaat

0 comments:

Post a Comment